Loading...

Dolar yang kian hari kian tinggi, menyebabkan beberapa harga
kebutuhan naik secara signifikan. Tidak terkecuali harga kebutuhan
pokok, seperti cabai, daging dan ayam. Kenaikan ini memang tidak
diharapkan oleh masyarakat terutama para penjual komoditas tersebut,
yang menyebabkan terganggunya arus pendapatan dan pengeluaran yang
berubah juga. Dengan adanya peningkatan harga, alhasil pendapatan yang
mereka terima pun berkurang, karena orang-orang akan beralih ke
kebutuhan pokok lainnya yang dirasa harganya masih terjangkau dan dapat
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti makan sehari-hari atau pun
transportasi untuk rutinitas harian mereka.
Ketika artikel ini dibuat rupiah sudah menyentuh angka Rp 14.104 per
satu US$. Kira-kira apa saja sih penyebab dolar yang terus menguat
terhadap rupiah? Mari kita simak, beberapa penjelasan berikut ini.
1. Ekonomi Amerika Serikat yang semakin membaik
Pemulihan ekonomi Amerika Serikat pasca krisis 2008 membuat The Fed
atau Bank Sentral Amerika merencanakan tapering off atau pemangkasan
quantitative easing, disebut juga stimulus ekonomi. Rencana yang
dikemukakan gubernur The Fed Ben Bernanke sejak Mei 2013 itu menjadi
awal penguatan dolar terhadap keuangan global, yang membuat dolar yang
disuplai menjadi berkurang. Sebaliknya Indonesia sebagai negara
berkembang, yang mudah terdepresiasi mata uangnya dari pengaruh mata
uang negara maju seperti, Amerika Serikat. Mata uang Indonesia mempunyai
karakteristik khusus soft currency, yang berarti sensitivitasnya
terhadap kondisi ekonomi inetrnasional. Krisis finansial, spekulasi di
pasar finansial dan ketidakstabilan ekonomi bisa mengakibatkan jatuhnya
nlai soft currency.
2. Terus tertekan oleh signal buruk The Fed
Nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) mulai
berfluktuasi tajam ketika The Fed berencana untuk mengurangi pembelian
obligasi pada Mei 2013. Merujuk pada hal tersebut, timbul kekhawatiran
pemulihan ekonomi di Amerika Serikat akan memiliki dampak kembalinya
modal dan mempengaruhi pasar keuangan dunia.
3. Mata uang loyo melanda seluruh dunia
Pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang diikuti dengan pemotongan
stimulus oleh The Fed berdampak pada penguatan dolar terhadap mata uang
global. Memang jika dibandingkan dengan mata uang yang lain, rupiah
tidak terlalu anjlok, namun, tidak juga menggembirakan. Posisinya yang
memang di tengah-tengah di antara mata uang negara lain juga tidak
terlalu menguntungkan.
Mata uang Ringgit Malaysia memimpin pelemahan nilai tukar terhadap
dolar AS, hingga turun -16,79 %, kembali ke titik terendahnya sejak 17
tahun lalu saat krisis keuangan Asia 1998.
Begitu pula dengan yuan, dikutip dari Reuters, nilai tukar yuan
terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencapai level terendah yakni 6.4510
yuan per dolar, angka tersebut merupakan yang terendah sejak Agustus
2011.
Beberapa mata uang yang melemah di dataran asia adalah:
- Won Korea Selatan melemah sebesar 7,9%
- Baht Thailand melemah sebesar 7,4%
- Yen Jepang melemah 4,8%
4. Booming harga komoditas telah berlalu
Pelemahan mata uang di dunia terhadap Amerika membuat permintaan
barang komoditas turun. Akibatnya, harga komoditas yang menjadi andalan
ekspor Indonesia anjlok, dan berdampak pada neraca perdagangan yang pada
akhirnya memperburuk pelemahan rupiah.
Ekspor Indonesia tercatat sebesar US$ 12,56 miliar pada Mei 2015,
turun 15,24% dibandingkan dengan perolehan Mei 2014 atau minus 4,11
persen dari bulan sebelumnya. Penurunan ekspor terjadi pada hampir semua
komoditas unggulan dan ke hampir seluruh negara mitra dagang.
Delapan ekspor komoditas yang tercatat paling anjlok adalah:
Batu bara
Di kuartal I-2015, ekspor batu bara anjlok 17.6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yang hanya 11.8%
Minyak nabati
Komoditi ini turun 12.6% di kuartal I-2015, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya
yang masih mencatat surplus 8%
Tekstil dan produk tekstil
Turun 2.6% di kuartal I-2015, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang masih surplus 1%
Alat listrik, ukur, fotografi
Komoditas ini juga mengalami penurunan sebesar 12.1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya minus 5.7%
Barang logam tidak mulia
Untuk ini, tercatat turun 3.7% di kuartal I-2015. Penurunan ini lebih
rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai
13.4%
Karet olahan
Di kuartal I-2015 tercatat anjlok hingga 30.3%, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 16%
Mesin atau pesawat mekanik
Ekspor barang tersebut merosot 12.5% di kuartal I-2015, dibanding
periode yang sama tahun tahun lalu dengan mencatatkan surplus 10.9%
Kayu olahan
Ekspor ini juga mengalami penurunan 2.2% di kuartal I-2015, dibanding
periode yang sama tahun lalu yang masih mencatatkan surplus 17.3%
5. Kinerja ekspor kian merosot
Pelemahan rupiah ikut didorong oleh menurunnya kinerja ekspor
Indonesia dalam empat terakhir. Ketika rupiah melemah, seharusnya ekspor
mengalami kenaikan. Namun karena produk Indonesia didominasi komoditas
yang harga dan permintaannya sedang anjlok, maka kontribusi terhadap
neraca perdagangan tidak signifikan, sehingga mendorong pelemahan
rupiah.
6. Impor barang cukup tinggi
Loading...
Sejak enam tahun terakhir impor barang modal dan konsumsi melonjak
sehingga menekan neraca perdagangan Indonesia. Hal ini ikut mendorong
pelemahan rupiah terhadap dolar yang terjadi sejak 2013. Meski terjadi
penurunan impor pada satu tahun terakhir, hal ini tidak cukup signifikan
untuk menahan laju pelemahan rupiah.
Lonjakan impor berupa barang konsumsi mengalami peningkatan besar di
kuartal pertama tahun ini mencapai 48,2%. Impor barang konsumsi yang
dilakukan untuk buah-buahan itu adalah buah yang tidak ditanam di
Indonesia. Namun, kenaikannya masih lebih rendah dibanding 2010 lalu
yang mencapai 63,3%.
Angka impor dari barang konsumsi berasal dari bahan bakar yang tidak
diproduksi di Indonesia yang mencapai 60%, barang- barang automotif dan
buah-buahan dari China.
7. Tiga tahun neraca perdagangan anjlok
Neraca perdagangan Indonesia terus merosot dalam tiga tahun terakhir.
Penurunan ini terlihat dari data Bank Indonesia yang mencatat aktivitas
ekspor impor secara free on board dan kementerian perdagangan yang
melaporkan aktivitas perdagangan secara keseluruhan. Penurunan neraca
ini terjadi seiring melemahnya pasar komoditas dunia akibat menurunnya
permintaan global.
8. Bom waktu peninggalan rezim lama
Pelemahan nilai tukar rupiah mulai terjadi sejak beberapa tahun
terakhir ini. Selain dipicu oleh faktor eksternal, pelemahan ini juga
disebabkan oleh defisit transaksi berjalan mulai terjadi sejak 2012.
Kendati sudah berusaha, pemerintahan sebelumnya belum bisa membalik
defisit neraca transaksi berjalan menjadi surplus.
9. Sejajar Turki dan Brazil, rawan karena defisit
Mata uang negara-negara ini tergolong negara yang rawan karena
mengalami defisit transaksi berjalan yang cukup besar. Negara-negara
yang memiliki transaksi berjalan surplus, mata uangnya justru lebih aman
atau risiko lebih kecil.
10. BI hati-hati, walau Malaysia dan Rusia kuras devisa
Penguatan dolar Amerika Serikat membuat negara-negara melakukan
intervensi valas terhadap pasar domestik. Bank Sentral Rusia benar-benar
menguras cadangan devisa dengan membeli dolar untuk menyelamatkan rubel
sehingga pelemahannya tertahan di 44.9% dalam enam bulan. Di saat yang
sama, Bank Indonesia justru menahan diri sehingga cadangan devisa tidak
terganggu bahkan mengalami peningkatan.
Berdasarkan tabel di bawah, nilai rupiah telah terdepresiasi sejak pertengahan tahun lalu walaupun pernah terapresiasi pada bulan Oktober 2014.
Berdasarkan tabel di bawah, nilai rupiah telah terdepresiasi sejak pertengahan tahun lalu walaupun pernah terapresiasi pada bulan Oktober 2014.
Sumber: Bank Indonesia
Secara garis besar penyebab melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS
bisa dibagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal
perekonomian. Faktor eksternal yang paling umum diketahui adalah
perkenomian AS yang setahun belakangan semakn baik. Pertumbuhan ekonomi
AS terakhir mencapai 2.5%, sementara inflasi mencapai 1.6%. bahkan, pada
Januari 2015 terjadi deflasi, yakni -0.1%. Inflasi di AS dikatakan baik
jika tidak lebih dari 2%.
Walaupun sebelumnya AS melakukan kebijakan quantitative easing
(mencetak uang untuk dibelikan surat berharga pemerintah AS sendiri),
namun, inflasi AS tidak meningkat karena dolar AS beredar ke seluruh
dunia. Akibatnya, efek inflasi tidak bergitu besar, bahkan hampir tidak
ada.
Tingkat pegangguran di AS juga menurun tajam hingga sekarang berada
di level 5.7%. meski belum menyentuh angka normal di 4%. Namun, kondisi
sekarang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan
Saat krisis sub prime mortgage yang memuncak pada 2009-2010. Data
penjualan mobil, salah satu indikator untuk mendeteksi tingkat kesehatan
perekonomian AS. Penjualan mobil di AS pada Februari 2015, lebih tinggi
hingga 9% jika dibandingkan dengan Februari 2014. Di sepanjang 2014,
penjualan mobil mencapai 16.5 juta unit. Hal tersebut tidak hanya
berpengaruh terhadap nilai rupiah saja, tetapi juga terhadap mata uang
negara lain sehingga kurs beberapa mata uang negara lain pun ikut
terdepresiasi dalam beberapa bulan terakhir.
Berikut data beberapa mata uang negara lain yang juga ikut terpengaruh karena menguatnya US$.
EURO
Dolar US mencapai titik tertingginya dalam 10 tahun terakhir.
Pertengahan 2005, per satu euro dihargai sekitar 1.25 dolar. Setelah itu
euro terus berjaya dan mencapai puncaknya pada Juli 2008. Sempat satu
euro dihargai dengan 1.58 dolar. Namun, sejak April 2011 dolar terus
meningkat dan sebaliknya euro justru melemah. Juli ini satu euro bisa
dibeli hanya dengan 1.09 dolar US.
YEN
Tidak berdaya melawan dolar AS. Kekuatan dolar berada pada angka
123.88 yen. Setelahnya dolar terus melemah hingga titik terendah pada
Oktober 2011, ketika dolar AS berharga 76 yen. Tetapi ketika itu
terjadi, dolar justru terus meningkat hingga 125 yen sampai saat ini.
SGD
Saat ini untuk membeli satu dolar AS diperlukan 1.38 dolar Singapura,
melampaui rekor yang dicatat pada April 2011 sebesar 1.31 dolar. Kurang
lebih setahu kemudian grafik dolar AS bergerak ke kanan atas.
AUD
Di hadapan dolar Australia, saat ini harga dolar AS dihargai paling
mahal sejak Juli 2009. Sekarang untuk harga satu dolar AS, dolar Aussie
mencatatkan nilai 1.36 dolar.
CAD
Walaupun satu dolar AS pernah di angka 0.94 dolar Kanada, namun
sekarang warga Kanada harus merogoh kocek 1,3 dolar Kanada untuk menubus
1 dolar AS.
Secara lengkap perbandingan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang asing bisa Anda lihat pada tabel di bawah ini.
Perbandingan Nilai Tukar Dolar AS terhadap Sejumlah Mata Uang Asing
Mata Uang | Nilai Tukar | Presentase | |
2 Januari 2015 | 10 Maret 2015 | ||
Dolar Australia | 1,2245 | 1,30026 | -6,37811% |
Dolar Hongkong | 7,7561 | 7,7601 | -0,05157% |
Rupiah Indonesia | 12.474 | 13.059 | -4,68975% |
Yen Jepang | 119,7075 | 121,0427 | -1,11539% |
Ringgit Malaysia | 3,5059 | 3,7109 | -5,84729% |
Dolar Selandia Baru | 1,284 | 1,3703 | -6,72118% |
Dolar Singapura | 1,3239 | 1,3863 | -4,71335% |
Won Korea Selatan | 1.094,17 | 1.122,90 | -2,62526% |
Euro | 0,8266 | 0,9288 | -12,3639% |
Sumber: Kompas, Edisi 11 Maret 2015, Halaman 1
Loading...