Loading...
Loading...
Banyak hal saya dapat mengenai Adat Batak setelah menjadi seorang Blogger. Sebagai Blogger saya di paksakan supaya tahu karena rasa penasaran,rasa ingin tahu dan ingin menjawab segala perdebatan yang ada melalui artikel yang selalu saya posting..
Saat ini kita mulai masuk ke pembahasan dimana sebelum nya saya menulis 6 Kesan Negatif Mengenai Orang Batak yang membuat banyak perdebatan di antara pembaca terutama masalah pesta yang di adakan dalam Upacara Kematian Adat Batak.
Adapun beberapa Istilah untuk seorang Batak yang telah meninggal dalam Upacara Kematian Adat Batak sebagai berikut :
- Untuk yang meninggal ketika masih dalam kandungan (mate di bortian) belum mendapatkan perlakuan adat (langsung dikubur tanpa peti mati).
- Untuk yang meninggal ketika masih bayi (mate poso-poso),
- Untuk yang meninggal saat anak-anak (mate dakdanak),
- Untuk yang meninggal saat remaja (mate bulung),
- Untuk yang meninggal saat sudah dewasa tapi belum menikah (mate ponggol)
- Untuk yang meninggal setelah berumah tangga namun belum mempunyai anak (mate di paralang-alangan/mate punu),
- Untuk yang meninggal setelah berumah tangga dengan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil (mate mangkar),
- Untuk yang meninggal setelah memiliki anak-anak yang sudah dewasa, bahkan sudah ada yang kawin, namun belum bercucu (mate hatungganeon),
- Untuk yang meninggal setelah memiliki cucu, namun masih ada anaknya yang belum menikah (mate sari matua),
- Untuk yang meninggal setelah bercucu tapi tidak harus dari semua anak-anaknya (mate saur matua).
Note : Keseluruhan kematian tersebut mendapat perlakuan adat yaitu mayatnya ditutupi selembar ULOS (kain tenunan khas masyarakat Batak) sebelum dikuburkan. Ulos penutup mayat untuk mate poso-poso berasal dari orang tuanya, sedangkan untuk mate dakdanak dan mate bulung, ulos dari tulang (saudara laki-laki ibu) si orang yang meninggal.
Namun apakah saudara pernah bertanya kenapa harus ada pesta di Acara Adat tersebut, Padahal di acara tersebut para keluarga sedang bersedih / berduka .Berikut 2 Hal Yang Mengharuskan Orang Batak Berpesta Di Upacara Kematian Adat Batak :
1. Hutang Sudah Lunas
Acara Adat ini akan di lakukan saat seorang Batak meninggal setelah bercucu tapi tidak harus dari semua anak-anaknya (mate saur matua). Dalam kondisi seperti inilah, masyarakat Batak mengadakan pesta untuk
orang yang meninggal dunia tersebut. Ini menjadi sebuah tanda bahwa
orang yang meninggal tersebut memang sudah waktunya (sudah tua) untuk
menghadap Tuhan dan ini disambut dengan rasa bahagia dan suka cita.
Sedih pasti ada, tapi mengingat meninggalnya memang dikarenakan proses
alami (sudah tua) maka kesedihan tidak akan berlarut-larut. Ibaratnya,
orang yang meninggal dalam status saur matua, hutangnya di dunia ini
sudah tidak ada lagi/LUNAS. Dalam masyarakat Batak, hutang orang tua itu
adalah menikahkan anaknya. Jadi, ketika hutang seseorang itu LUNAS,
maka sangatlah wajar jika dia merasa tenang dan lega.
2. Sukses di Perantauan adalah Simbol Positif Bagi Orang Batak.
Masyarakat Batak biasanya mengadakan acara seperti acara pernikahan,
dengan menampilkan alat musik berupa organ untuk bernyanyi, makan makan
seperti menyembelih hewan, minum minuman tradisional seperti tuak. Alat
musik organ digunakan di daerah perantauan umumnya, namun di daerah
aslinya, Sumatera Utara, gondang sebagai alat musik khas Bataklah yang
digunakan.
Ini semata-mata karena alat musik gondag yang sulit ditemukan
di daerah perantauan. Untuk peyembelihan hewan, juga ada kekhasannya.
Masyarakat Batak secara tersirat seperti punya simbol tentang hewan yang
disembelih pada upacara adat orang yang meninggal dalam status saur
matua ini.
Baca Juga :5 Kesan Positif Mengenai Orang Batak.
Biasanya, kerbau atau sapi akan disembelih oleh keluarga
Batak (terkhusus Batak Toba) yang anak-anak dari yang meninggal
terbilang sukses hidupnya (orang mampu). Namun, jika kerbau yang
disembelih, maka anggapan orang terhadap keluarga yang ditinggalkan akan
lebih positif, yang berarti anak-anak yang ditinggalkan sudah sangat
sukses di perantauan sana.
Ini adalah bagian dari ritual kematian adat Batak, khususnya Batak Toba.
Memang unik, tetapi itu nyata dan saya melihat serta mengikuti
prosesi ini sendiri. Kematian yang seharusnya dengan air mata akan penuh
dengan canda tawa dan riuhnya pesta pakai musik, layaknya pesta
pernikahan, hanya jika mendiang meninggal dalam status SAUR MATUA tadi.
Ya, ini memang adatnya, kita tidak mungkin menolak ataupun
menentangnya. Tetapi saya bangga memiliki budaya seperti ini, penuh
kekhasan yang tidak ada di negara lain di dunia ini.
Loading...