Loading...

Bagaimana mungkin 3 pertanyaan tersulit juga merupakan pertanyaan termudah?,
begitu mungkin pikir sebagian pembaca. Bergantung dari perspektif
manakah pertanyaan tersebut dipandang, dan siapa yang menjawabnya, judul
yang terlihat absurd di atas akan terlihat sangat normal. Mari kita
ikuti ceritanya.
Alkisah, pada zaman dahulu suatu ketika, ada seorang
raja yang menawarkan jabatan Perdana Menteri pada salah seorang
Menterinya, dengan syarat dia bisa menjawab 3 pertanyaan yang diajukan
oleh Sang Raja. Mendapat tawaran jabatan tertinggi setelah raja hanya
dengan menjawab tiga
pertanyaan, siapapun tentu mau. Maka si Menteri pun menyanggupi
persyaratan dari Sang Raja. Maka Sang Raja pun mengajukan ketiga
pertanyaan pada si Menteri:
1. Apakah kebohongan paling nyata di dunia ini?
2. Apakah hal yang paling pasti di dunia ini?
3. Apakah yang paling penting dalam hidup seseorang?
Hatta, si Menteri diberi waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dalam
perjuangannya mencari jawaban, si Menteri bertemu dengan seorang
penggembala kambing yang terlihat alim. Syahdan, iapun bertanya pada
penggembala perihal maukah menolongnya menemukan jawaban. Penggembala
terkekeh, sembari mengatakan jawaban dari pertanyaan tersebut.
Penggembala berkata, bahwa itulah pertanyaan termudah di dunia,
berkebalikan dengan pendapat si Menteri yang menganggap itulah
pertanyaan tersulit.
Maka, kata Penggembala, kebohongan yang paling nyata ialah kehidupan itu sendiri, "dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanya permainan dan senda gurau",
ujarnya menyitir ayat Al-Qur'an. Benar adanya, karena kehidupan dunia
seringkali melenakan manusia dari apa yang sesungguhnya lebih berarti,
yakni kehidupan akhirat. Si Menteri tercenung mendengar jawaban
Penggembala, yang sangat masuk akal baginya.
Kehidupan dunia yang penuh dengan permainan dan senda gurau . . . |
Maka, Penggembala pun melanjutkan jawaban atas pertanyaan kedua. Yang paling pasti di dunia ini hanyalah kematian, "dan semua yang bernyawa pasti akan merasakan mati",
ujarnya sembari menyitir ayat lain dari Al-Qur'an. Benar adanya, di
dunia ini tak ada hal yang kita ketahui dengan pasti, melainkan
kepastian bahwa kelak kita akan meninggalkan dunia. Meskipun bersembunyi
dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, meskipun berlindung dalam peti
baja yang tebal, ketika kematian datang, maka tak satupun dari kita
sanggup mengelakkannya. Si Menteri kembali tercenung mendengar jawaan
Penggembala yang amat masuk akal.
Loading...
. . . akan segera digantikan dengan kematian yang pastiakan datang |
Hatta, Penggembala pun bertanya pada Si Menteri, "Wahai Menteri, maukah kau mendengarkan jawaban atas pertanyaan ketiga?".
Si Menteri dengan cepat mengiyakan, disambut dengan jawaban Penggembala, "kalau begitu, maka ikutlah ke rumahku".
Mendengar jawaban itu, Si Menteri melonjak marah, "Wahai Penggembala, aku ini ialah seorang Menteri yang sibuk, banyak pula urusanku selain yang satu ini", hardiknya.
Penggembala menjawab dengan tenang, "Maukah kau mengetahui jawaban atas pertanyaan ketiga tadi?".
Teringat akan tawaran akan jabatan tinggi dari Sang Raja, maka Si Menteri pun luluh. "Baiklah jika demikian adanya".
Syahdan, sampailah mereka di kediaman Penggembala. Berdiam Si Menteri
berada di sana, tak jua disuguhkan apa-apa, seteguk air minum pun tidak.
Melihat Si Menteri yang mulai gelisah, Penggembala pun mengatakan "beginilah
keadaan di desa kami, setiap hari kami menggunakan anjing piaraan kami
yang sudah terlatih untuk mengambil air di sumur yang jauh dari sini,
ketika petang mereka akan kembali membawa air".
Terkejut rupanya ia mendengar penjelasan itu, "Alangkah sial rupanya nasibku, sudah jauh pula datang kemari, tak dapat pula seteguk pun untuk diminum, harus pula menunggu hingga petang, itupun kalau si anjing kembali ke rumah tuannya", keluhnya dalam hati.
Selepas petang tiba, ketika anjing milik Penggembala telah kembali dan membawakan air untuk melepas dahaga mereka, terburu-burulah Si Menteri bertanya pada Penggembala.
"Wahai Penggembala, apakah pula jawaban dari pertanyaan tadi?", tanyanya dengan tak sabar.
Penggembala tersenyum dan berkata, "Bukankah kau sudah menemukannya?".
Berkerut dahi Si Menteri. "Apa pula maksudmu, wahai Penggembala?", ujarnya bingung.
Maka Penggembala pun berkata "kau lihat sendiri, bahwa demi tujuan
yang ingin kau capai, yakni jawaban atas pertanyaan ketiga, engkau rela
menemaniku hingga ke gubugku yang jauh dari keramaian, meninggalkan
kesibukanmu sebagai menteri dan waktu yang tak akan pernah kau dapatkan
kembali, rela menunggu seekor anjing demi mendapatkan seteguk air dan
menunggu hingga petang kini demi jawaban pertanyaan tersebut. Ketahuilah
wahai Menteri, ialah tujuan, yang merupakan hal paling penting bagi
seseorang hidup di dunia ini. Jikalau hidup tanpa tujuan, mau
dikemanakankah hidup ini? Yang mana hanya dipenuhi permainan dan senda
gurau, sementara maut yang pasti datang akan senantiasa mengintai tanpa
kita tahu sudah siapkah perbekalan kita demi menjumpai alam akhirat.
Akan kemanakah tujuan hidup kita? Hanya duniawi kah, atau hingga ukhrowi
kelak?"
Mendengar jawaban Penggembala, Si Menteri tercenung. Benar adanya,
tujuan adalah hal paling penting dalam hidup seseorang, Dirinya yang
tadi begitu menginginkan tujuannya untuk menjadi Perdana Menteri,
akhirnya tersadar. Tak pantas ia memikul jabatan setinggi itu ketika
menjawab tiga pertanyaan termudah pun ia kesulitan. Hatinya merenungi
kata-kata Penggembala. Akankah tujuan hidup kita hanya sampai di
angan-angan dunia, atau sampaikah tujuan hidup kita hingga akhirat?
Loading...